Minggu, 26 Desember 2010

KATA

Entah sudah berapa umurnya, sudah setua apa ia, kata...
Simbol dari pikiran manusia dan perasaan manusia, kata...
Medium terbaik untuk menyampaikan emosi, kata...
Di dalamnya terkandung makna yang tak terhingga, kata...
Makna hidup dan kehidupan, kata...
Ia tak hanya sekedar simbol, huruf, angka, atau coretan, kata...
Ia adalah dunia tak terdefiniskan, kata...
Bisa terlihat indah dan menawan, kata...
Pula bisa terdengar sumbang dan mengerikan, kata...
Karena KATA memiliki dunianya sendiri, dengan segala emosinya.

Senin, 15 November 2010

Aku Ada Di Sini Lho!

sedang apa aku di sini?
duduk terdiam.
untuk apa aku di sini?
untuk mengisi ruang di tengah kekosongan alam raya.
siapa yang menempatkanku di sini?
si-kebetulan yang tak bisa ku mengerti.
sejak kapan aku di sini?
sejak aku memikir bahwa aku sedang di sini.
bagaimana aku bisa di sini?
terlempar oleh takdir tak ter-terka.
mengapa aku ada di sini?
karena ada yang menginginkan aku di sini
dan, apakah aku benar-benar di sini?
mungkin, mungkin ya atau mungkin tidak.

Puisi yang Datang Terlambat

Tok tok tok….
Maaf Putri Okky, aku terlambat datang untuk hadir di sini mengucap selamat ulang tahun kepadamu. Aku datang untuk mewakili tuanku, si Fahmi Syarifuddin. Sekali lagi aku mohon maaf karena terlambat, dikarenakan aku baru dikirim di penghujung tanggal 31 Oktober 2010 dan pada perjalanan aku sedikit dipersulit oleh birokrasi jaringan internet Bandung yang rupanya masih mengadopsi model birokrasi Indonesia. Jadi mohon dengan sangat, aku jangan terlalu dipersalahkan dalam hal keterlambatan ini.
Hehehehe…
Baiklah, aku akan membacakan apa yang ada dalam diriku ini kepadamu.

“Okky manis.. selamat ulang tahun.
Selamat karena engkau telah ganjil berumur 21 tahun.
Ingat, umurmu harus menggamabarkan kedewasaan dan kematanganmu.
Bertambah usiamu berarti bertambah pula keindahanmu.
Bertambah keindahanmu berarti bertambah pula keindahan yang ada di dunia ini.
Okky, 21 tahun silam kau muncul dari rahim ibumu yang penuh cinta kasih.
Engakau adalah buah cinta kedua insan manusia.
Insan yang kini menjadi ayah dan ibumu.
Itulah sebab mengapa engkau penuh dengan cinta kasih, yang bahkan tubuhmu tak mampu menampungnya hingga aku terkena cinta dan kasihmu.
Okky….
Aku yakin engkau mengerti ini, bahwa ternyata kau indah, kau manis, dan kau penuh cinta.
Alangkah senangnya aku mengetahui hal ini.
Hangat sikapmu, manis senyummu, cantik wajahmu, sejuk tatapanmu, dan bersih hatimu.
Tegaskan semua warna-wana indah dalam dirimu.
Dan…
Kini semua itu telah bertambah seiring bertambah umurmu.
Hal terakhir yang ingin kuucapkan adalah..
Terimakasih karena engkau telah berbagi keindahan kepada dunia.
Terimakasih karena engkau telah melebihkan cinta kasihmu.
Dan terimakasih karena engkau mau mengenalku.”

Demikian kata-kata itu putri.
Kata yang aku perjuangkan hingga sampai di sini.
Di hadapmu…
Bila anda tak puas, silahkan tulis kritik dan saran biar nanti aku antar ke tuanku agar merevisi puisi yang termabat ini. Bila kau tak suka dengan ini, silahkan delete aku ini. Aku rela untuk itu. Dan bila kau puas dengan apa yang ku antar, silahkan simpan aku baik-baik. Mungkin saja tuanku akan bartanya dikemudian hari tentang aku ini.
Terimakasih atas perhatiannya.
-F. Syarifuddin-

(ditulis untuk melengkapi ucapan ulang tahun)

(Jatinangor, akhir tanggal 31 Oktober 2010)

Bulan Terang

lamat-lamat riak suara kelelawar mulai hilang

apalagi terikan burung malam.

tak ada!

desir debu pantura mengendap

tertekan oleh sunyi

udara gerah menyergap

namun begitu tenang

entah apa,

dan entah mengapa

malam yang ini begitu aneh bagiku

ohh...

teryata dewi malam sedang terang berbinar

lingkarannya disepuh warna putih nan anggun

membungkan segala huru-hara duniawi

memang...

biusnya tiada tara

membuat putri tidur ini terus dan akan terus tertidur

dan agaknya ini bencana bagiku

yang berniat membangunkan sang putri

agar bisa kubawa pulang

NB: sajak pesanan Okky Nurita Y.

Rabu, 25 Agustus 2010

yasudahlah

ketika tiba masanya aku akan pergi

menyingkir dari semua harap

ketika tiba saat aku harus melupakan ingatanku

menghapus semuanya tentangmu dari memori

ketika aku harus menyerahkanmu pada takdir

menghela pada nafas rindu yang tersengal

ketika aku telgolek lemas dipaksa menyerah pada keadaan

mendusta inginku pada dunia

merdu kurasa ketika sangkakala kematian memanggil

tuk menghilang dari duniamu

tuk menghapus imajiku padamu

ohh..

haruskah semua ini?

kuserahkan pada lembaran hidup sang Tuhan

kurasa,